Minggu, 07 November 2010

Kajian teori Psikologi terhadap Teater Machine (25 oktober 2010)


Teater Machine,  mengkomunikasikan kepada seluruh penonton, bahwa mesin, tekologi dan perkembangan zaman telah membuat belenggu bagi manusia, sehingga seseorang tidak bias lepas dari mesin dan  teknologi dalam kesehariannya. Teater ini, mengkritik bahwa mesin dan teknologi yang dibuat manusia, jangan mengubah kebutuhan diri, budaya-budaya baik yang berkembang di masyarakat, merisaukan diri ketika jauh atau tidak bisa mengakses teknologi, benar-benar merasa ketergantungan terhadap mesin dan teknologi.
Beberapa fenomena yang ditampilkan dalam teater tersebut, misalnya seseorang yang bersal dari desa, ketika berada atau tinggal bersama orang-orang kota yang penuh dengan hedonism, teknologi yang serba instan, pergaulan yang cenderung negative, gaya hidup ( facebook-an, punya HP, punya email), merasa dirinya kurang jika tidak mengikuti budaya atau kebiasaan masyarakat tersebut. Dalam persepsinya dia mesti gaul dengan mengikuti mode dan gaya hidup orang banyak.
Tinjauan dari teori persepsi
          Manusia tidak akan dapat berkembang secara optimal jika tidak berhubungan dan berkomunikasi dengan sesamanya. Begitu pentingnya kontak dan hubungan tersebut, jika individu tidak berrhubungan dengan orang lain dalam waktu yang relative lama rasa tertekan akan muncul, rasa ragu terhadap diri sendiri meningkat, bahkan dapat terkena patologi social.
          Desmond Morris melalui Intimate Behaviour (1972) mencatat bahwa kontak dengan orang lain begitu pentingnya sehingga kultur kita telah membentuk segala macam subtitusi untuk menggantikan ketiadaan hubungan ini. Orang seringkali mengunjungi professional seperti dokter, perawat, dan pemijat bukan karena sakit fisik, melainkan karena kebutuhan untuk kontak (DeVito, 1997).
          Komunikasi antar-pribadi diperlukan sebagai saluran agar individu dapat memahami gagasan dan perasaan yang ada pada seseorang, sekaligus sebagai sarana untuk dapat menafsirkan gagasan dan perasaan orang lain.
          Secara umum, komunikasi antar-pribadi adalah proses komunikasi antara seorang individu dengan individu lainnya secara langsung dan face to face, sehingga memungkinkan adanya umpan balik secara langsung dan seketika..
          Dalam perspektif komponential, komunikasi antar-pribadi dijelaskan berdasarkan komponen-komponen utamanya, yaitu penyampaian pesan oleh satu orang atau lebih dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Setiap komponen dapat dipandang dan dijelaskan sebagai bagian-bagian yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antar-pribadi.
           Definisi berdasarkan hubungan menjelaskan bahwa komunikasi antar-pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas.
          Definisi berdasarkan pengembangan mengasumsikan komunikasi antar-pribadi sebagai akhir perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak-pribadi (impersonal) menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain (DeVito, 1997).
          Menurut Gerard Miller (1970) sebagaimana dikutip DeVito (2000), komunikasi antar-pribadi ditandai oleh, dan dibedakan dari, komunikasi tak pribadi berdasarkan sedikitnya tiga faktor, yaitu:
1. Prediksi Berdasarkan Data Psikologis. Dalam komunikasi antar-pribadi kita bereaksi terhadap pihak lain berdasarkan data psikologis – atau bagaimana orang ini berbeda dengan anggota-anggota kelompoknya. Dalam perjumpaan tak-pribadi kita menanggapi orang lain berdasarkan data sosiologis, atau kelas dimana orang tersebut menjadi anggotanya.
          Pengetahuan yang Menjelaskan. Dalam interaksi antar-pribadi kita mendasarkan komunikasi kita pada pengetahuan yang menjelaskan tentang masing-masing dari kita. Dalam situasi antar-pribadi kita tidak hanya dapat menduga-duga bagaimana seseorang akan bertindak dalam berbagai situasi melainkan lebih dari itu juga dapat menjelaskan perilaku tersebut.
          Aturan yang ditetapkan secara Pribadi. Jika masyarakat menetapkan aturan-aturan interaksi dalam situasi tak-pribadi, maka dalam interaksi antar-pribadi peroranglah yang menetapkan aturan tersebut.
Salah satu tujuan utama komunikasi antar-pribadi adalah berkaitan dengan penemuan diri. Strategi lain untuk melakukan penemuan diri adalah melalui proses pebandingan sosial yang dilakukan melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Dengan demikian kita mencoba mengevaluasi diri kita dengan cara membandingkan diri kita dengan orang lain.
          Di samping dapat untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik, komunikasi antar-pribadi juga bertujuan untuk menemukan/mengetahui dan mendiskusikan kualitas lingkungan kita secara baik melalui perjumpaan antar-pribadi.
          Dalam mengembangkan hubungan antar-pribadi, salah satu faktor yang sangat penting adalah daya tarik. interpersonal.
          Menurut Brehm dan Kassim (1993 dalam Dayaksini 2006), daya tarik interpersonal digunakan untuk merujuk secara khusus pada keinginan seseorang untuk mendekati orang lain.
          Berdasarkan teori dan penelitian, DeVito (1997), Dayakisni (2006), dan Rakhmat (2000), dapat diidentifikasikan beberapa faktor utama yang mempengaruhi daya tarik
          Daya tarik fisik dan kepribadian, sangat penting pada awal-awal interaksi karena penampilan fisik merupakan sumber informasi yang tampak dan mudah diamati dengan segera dibandingkan dengan kepribadian ataupun intelegensi
          Kedekatan dan Kesamaan (Proximity and Similarity). Ada beberapa alasan mengapa orang yang saling berdekatan saling menyukai, antara lain:
            1. Kedekatan biasanya meningkatkan keakraban.
            2. Secara fisik orang yang dekat lebih mudah didapat daripada orang yang jauh,
               sehingga hal ini mempengaruhi keseimbangan reward dan punishment dalam berinteraksi.
            3. Manusia memiliki kecenderungan mempertahankan keseimbangan antara
                hubungan perasaan dan hubungan kesatuan sebagaimana asumsi teori
                konsistensi kognitif. Kita dimotivasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya dengan kita .
            4. Orang memiliki harapan untuk berinteraksi lebih sering dengan mereka yang
                tinggal paling dekat dengannya.
            Menurut Udai Pareek (1996 : 13-21), proses persepsi adalah sebagai berikut: 1. Proses menerima rangsang Proses pertama dalam persepsi adalah penerimaan rangsang dari berbagai sumber. Orang akan lebih senang memperhatikan rangsangan dari satu sumber yang lebih menarik dibandingkan sumber lainnya, apabila sumbertersebut mempunyai kedudukan yang lebih tinggi atau lebih dapat dipercaya maka sumber tersebut ditanggapi sebagai lebih penting dan mungkin mempengaruhi persepsinya jika dibandingkan dengan sumber yang lain.
Atkinson juga menyebut persepsi sebagai proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus ke dalam lingkungan.                                                                                                                 S           Sedangkan Davidoff seperti yang dikutip oleh Walgito mengartikan persepsi sebagai stimulus yang diindera oleh individu, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera itu. Hal ini seperti pengertian kata “percept” dalam bahasa Inggris, yang oleh APA Dictionary of Psychology didefinisikan dengan: “the product of perception: stimulus object or event as experienced by the individual”.                                                                                                                                                                   I           Imanuell Kant seperti yang dikutip oleh Mahmud MD. mengatakan “kita melihat benda-benda itu tidak sebagaimana adanya benda-benda itu sendiri, tetapi sebagaimana adanya diri kita” atau dengan kata lain persepsi itu merupakan pengertian kita tentang situasi sekarang dalam artian pengalaman-pengalaman kita yang telah lalu. Karena itu apa yang kita persepsi pada waktu tertentu akan tergantung bukan saja pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang beradanya stimulus itu, misalnya pengalaman-pengalaman sensoris terdahulu, perasaan kita pada waktu itu, prasangka-prasangka, keinginan-keinginan, sikap dan tujuan kita. Lebih lanjut Mahmud mendefinisikan persepsi sebagai penafsiran terhadap stimulus yang telah ada di dalam otak.

Mesin, teknologi dan life style ( gaya hidup ) mempengaruhi identitas, dalam teater tersebut diilustrasikan bagaimana teknologi (mesin) memberikan efek terhadap perkembangan identitas (remaja khususnya). Menurut Erikson, identitas adalah konsep yang koheren tentang diri sendiri terdiri dari tujuan, nilai-nilai dan keyakinan pada seseorang yang komitmennya sudah solid. Dalam teori ini disebutkan bahwa ada empat status identitas yang dapat dialami oleh remaja yang ada hubungannya dengan aspek kepribadiannya, yaitu :

1. Identity Achievement
2. Foreclosure
3. Moratorium
4. Identity Diffusion.

Keempat kategori ini dibedakan atas ada atau tidaknya krisis dan komitmen pada remaja tersebut. Kedua hal tersebut dipandang oleh Erikson sebagai hal yang penting dalam pembentukan identitas.
Yang dimaksud krisis adalah periode ketika seseorang mengalami kebingungan saat harus mengambil keputusan. Sedangkan komitmen adalah penetapan modalitas diri tentang pekerjaan atau system keyakinan (ideology) seseorang. Erikson menemukan hubungan antara status identitas dengan beberapa karakteristik seperti kecemasan, self esteem, moral reasoning dan pola tingkah laku. Disusun berdasarkan teori Marcia, peneliti lain telah mengidentifikasi kepribadian yang lain dan variabel-variabel keluarga yang berhubungan dengan status identitas.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai keempat status identitas yang telah disebutkan di atas :
1. Identity Achievement
Status identitas digambarkan oleh Marcia yang ditandai oleh komitmen untuk mengambil keputusan setelah mengalami krisis.

2. Foreclosure
Status identitas yang digambarkan oleh Marcia, yaitu ketika seseorang tidak melewati suatu krisis, tapi mempunyai komitmen yang keputusan diambil orang lain untuk hidupnya.

3. Moratorium
Status identitas yang digambarkan Marcia, yaitu ketika seseorang mempertimbangkan alternatif-alternatif (menunjukkan ia berada dalam satu krisis) dan sepertinya ia tidak menemukan komitmen apapun.

4. Identity Difussion
Status identitas yang ditandai ketidakhadiran komitmen dan kurangnya keseriusan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif dalam hidup (tidak melalui suatu krisis).

            Menurut Papalia (2004), Remaja adalah transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang diikuti oleh perubahan fisik, kognitif dan psikososial. Menurut Erikson, tugas utama dari remaja adalah mencari jalan keluar dari krisis identitas. Hal ini ditujukan agar ia bisa mempunyai karakteristik yang unik (menjadi seseorang) atau mempunyai peranan yang berarti dalam masyarakat.
            Remaja menunjukkan kebingungan identitasnya dengan meregresi tingkat perkembangan aktualnya menjadi kekanak-kanakan untuk menghindari konflik atau masalah. Identitas remaja terbentuk pada saat ia berhasil memecahkan masalah dalam hidupnya, yaitu pilihan pekerjaan, menentukan nilai mana yang harus diyakini atau ditinggalkan, pemuasan identitas seksual.

Status Identitas Diri Remaja Menurut James Marcia
Status Identitas
Position on Occupation & Ideology Diffusion Foreclosure Moratorium Achievement Crisis Tidak Ada Tidak Ada Ada “Sedang” Ada Commitment Tidak Ada Ada Tidak Ada “Samar-samar” Ada

Tahap Pengembangan Karir
• Periode Fantasi :
Memilih hal-hal yg aktif & menarik dianding yg realistis
• Periode Tentatif :
Sudah ada usaha yg lebih realistis, dg mencocokkan minat - kemampuannya
• Periode Realistis :
Mampu membuat perencanaan yg aplikasi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kang,Teteh... Mangga komentar :